Antara dulu dan sekarang

Kepolosannya masih terasa. Kental tanpa dipaksa. Menangis saat tak suka. Tertawa saat sesuai selera. Lepas tanpa beban. Ceria dan menyenangkan. Walau terkadang sedikit atau mungkin terlalu aktif. Mengais sana-sini, bercimpung dengan kubangan air, terpeleset, melukis dinding, merengek karena mainan, ingin ini-itu hingga membuat sang bunda kelelahan. Tapi itulah Indahnya masa kanak-kanak.
***
Sempat terlintas oleh saya untuk kembali ke masa itu, masa dimana saya masih di usia lima. Alangkah bahagianya. Kala itu saya masih belajar mengeja dunia, mencari apa yang memang dicari, sibuk menautkan cita di banyak profesi yang nyatanya sekarang tak ada satu pun yang bersambut. Haha, sedikit kecewa. Jika memang bisa, saya ingin mengulangnya lagi walaupun itu sangat mustahil terjadi.

Waktu tak akan pernah peduli seberapa keras saya dan kamu memelas agar ia kembali, Ia akan terus melaju dengan atau tanpa kita ikuti.

Hingga kini saya masih belum mengerti kenapa setiap kali bayangan-bayangan masa itu muncul dihadapan saya selalu saja menyisakan kerinduan mendalam di benak ini, bahkan tanpa sadar saya pun akan menyimpul senyum saat membayangkan posisi saya di masa itu. Seorang anak TK yang selalu terbalik jika diminta menulis angka 5 (lima). Sungguh itulah bukti bahwa saya bukan seorang pembelajar yang ulung tapi tetap bangga dan berani mengatakan bahwa saya telah menulis angka itu secara sempurna. Memaksakan saya di posisi benar padahal nyatanya masih belum benar. Tapi itulah proses  ,"belajar dari ketidaktahuan untuk menjadi sedikit lebih tahu".
***
Dulu dan sekarang. Sungguh terasa gradasi hidup yang terlalu mencolok antara keduanya. Jika dulu masalah saya hanya sebatas ekspresi suka-tidak suka saya sebagai individu, sekarang masalahnya sudah mulai kompleks karena menyangkut hubungan interpersonal antara saya, kamu, dan mereka yang tentunya tidak akan pernah teratasi jika saya hanya mengedepankan persepsi pribadi dan selalu merasa paling benar. Dulu, sebagian besar waktu saya bisa terjadwal untuk bermain tapi sekarang justru tersita oleh tugas kuliah dan keluarga besarnya. Repot sendiri tapi itulah perubahan. Ia mengajarkan pembelajaran bagi yang mau belajar.
Antara dulu dan sekarang masih tersangkut kerinduan antara saya dan hidup saya.

-Utin Andherstories-
                                                                                                                                                                                                                                                           


Karena SAYA bukan MEREKA

Sudah berapa ribu hari saya seperti ini. Statis. Tak ada yang bergeming. Jika yang lain mengambil langkah seribu, saya masih belajar merangkak hingga detik ini. Kadang saya juga ingin seperti mereka. Ya, mereka kebanyakan. Mereka yang selalu berani menantang dunia. Mereka yang tak asing dengan  perubahan. Mereka yang punya jiwa kepatriotan. Mereka yang selalu mengudarakan suaranya sebagai aspirasi dari segala ekspresi mereka. Mereka yang punya kesinergisan dalam menikmati hidupnya. Mereka yang dapat melangkah jauh bahkan sangat jauh di depan saya. Sedangkan saya ? sekarang saya hanya bisa mematung menyaksikan lakon mereka sebagai pelaku utama. Haru, Tawa, Galau mengikuti setiap alur cerita mereka. Mungkinkah semua peran di dunia ini sudah habis terjamah mereka ? apakah saya akan selalu jadi penonton setia ? Tentu tidak harus begitu. Tapi nyatanya apa. Apa. Apa dan apa.

Apa ini karena saya terlalu memanjakan keadaan sehingga saya selalu kalah karena keadaan. Apa karena saya terlalu bisu. Haruskah saya berteriak sejadi-jadinya agar mereka mengenal saya. Tidak. Saya tak harus dikenal mereka untuk dapat menikmati hidup saya. Emosi dan ekspresi saya milik saya, begitu pun mereka. Mungkin saya dan mereka memang berperan di dunia yang sama tapi kami tak harus sama. Bahkan si kembar yang mulanya memiliki asal yang sama pun tak pernah ditemukan ke-identik-an hingga skala yang signifikan, apalagi saya dan mereka. Saya bukan mereka, mereka pun bukan saya. Akan selalu ada beda dalam setiap konsep yang diusung. Karena “beda” itu nyata dan manusia memang dicipta berbeda. Saya percaya Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya, tak akan ada yang salah dengan itu semua. Sekarang saya hanya harus belajar menata kembali apa yang saya punya, merapikan semua pada tempatnya, dan menyusun konsep hidup saya yang baru. Suatu konsep ke-dinamis-an bukan ke-statis-an seperti sekarang. Tak harus populer untuk mendapatkannya, yang harus saya lakukan hanya memastikan apa pun yang saya jalani dapat dicerna oleh hati dan logika saya.

Saya dengan segala kekurangan saya, mereka dengan segala kelebihan mereka. Hidup sudah rumit, mengapa harus dirumitkan lagi dengan perbedaan.

Be Lucky
-Utin Andherstories-

Aku meraba dari yang tak ada..
Aku mendengar dari yang bernada..
Aku meremang dari yang tercipta..
Lalu aku simpul dalam rajutan kata ..
- Utin Andherstories-