Its My Day


بِسْـــــــــــمِاللهِالرَّحْمَنِالرَّحِيْـــــــمِ 

Alhamdulillah, 
Segala puji bagi
 Allah, Tuhan semesta alam yang Maha Baik dan selalu memperhatikan hamba-NYA.:')

Friday~ August,17th 2012.
Bagi kebanyakan orang mungkin tak ada yang spesial dengan tanggal ini, namun tidak untuk aku, terlebih lagi negeriku. Aku lahir tepat bersamaan dengan tanggal kemerdekaan negeriku, Indonesia. Seventeen of august, its my day. 

Aku suka tujuh-belas. 17 itu gabungan dari dua angka, yaitu angka 1 yang berarti Maha Esa, Maha Agung, dan satu-satunya, dan angka satu lagi yaitu 7 yang terdapat pada 7 Keajaiban Dunia, 7 lapis Langit, 7 lapis Bumi, 7 Benua, 7 Samudera,7 Hari dalam 1 Minggu, dll.

Sejarah mencatat negeriku Indonesia merdeka pada tanggal tujuh-belas, total bilangan rakaat sholat fardhu tujuh-belas, alqur'an diturunkan juga pada malam tujuh-belas ramadhan, dan mungkin masih banyak keistimewaam lain yang tidak aku ketahui. Subhanallah, aku begitu suka tujuh-belas. Allah yang Maha Baiklah yang telah mengaturnya untuk ku. Alhamdulillah
***
Tahun ini merupakan tahun ke-dua-puluh-satu aku masih diberi kesempatan untuk bertemu pagi, meresapi hangatnya mentari yang entah esok atau kapan tak bisa aku nikmati (lagi). 
Satu bonus tambahan yang paling spesial di tahun ke-dua-puluh-satu ini yakni pada tahun ini selain bertepatan dengan hari kemerdekaan negeriku juga masih selaras dengan bulan suci Ramadhan. Alhamdulillah.
 

Tahun ini, dua-puluh-satu 'ku....
Jutaan orang di negeriku (kembali) memperingatinya sebagai momentum bersejarah kelahiran negeri ini. Selalu ada pengibaran bendera serta lagu nasional yang menggema di seluruh penjuru kota negeri ini. Semua channel televisi berlomba memancarkan tayangan yang sama di detik-detik pengibaran serta penurunan sang saka merah putih. Subhanallah. 

Tahun ini, dua-puluh-satu 'ku....
Masih bertepatan dengan bulan penuh berkah, ramadhan. Bulan dimana turunnya kitab suci alqur'an. Bulan dimana semua umat muslim di dunia menjalankan ibadah puasa serta berlomba-lomba beribadah seikhlas dan sebanyak-banyaknya. Bulan dimana semua amalan diberikan ganjaran yang berlipat ganda. Bulan dimana semua orang merindukan dan mendambakan malam yang lebih baik dari pada seribu bulan, lailatul qadr, dan masih banyak keistimewaan lainnya. Alhamdulillah.

Tahun ini, dua-puluh-satu 'ku....
Aku masih diberi kesempatan untuk mengucap syukur pada Allah karena diberi kebahagiaan untuk memiliki keluarga, teman, sahabat, serta saudara sesama muslim lainnya yang selalu menyertakan doanya di hari kelahiranku. Terimakasih. Hanya Allah yang mampu membalas kebaikan kalian. Allahuakbar.
***
Dengan segala kerendahan hati aku mohon pada Allah...
Berilah aku kesempatan melakukan hal-hal baik di hari mendatang. 
Aku ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur serta serta bermanfaat bagi agamaku.
Aku ingin menjadi anak yang bisa membanggakan dan membahagiakan keluarga terlebih kedua orang tuaku serta mampu menjadi contoh yang baik untuk kedua adik ku.
Aku ingin selalu membahagiakan orang-orang disekitarku serta bisa membawa kebaikan untuk mereka.
Aamiin Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin

Segala syukur aku udarakan rasanya tak akan pernah mampu mengimbangi banyaknya kenikmatan yang telah diberikan Allah selama dua-puluh-satu tahun ini. Alhamdulillah :')

Di Balik Gemericik Hujan



Gemericiknya bagai nyanyian alam. Kehangatan yang diusung saat datangnya selalu membuat saya menunggu di balik jendela. Ada saja yang saya rindukan disetiap kedatangannya; keteduhan dan ketenangan yang mampu membasuh jiwa. Kendala lisan saya mungkin tak mampu mengurai banyak tentangnya, namun biarkan kata menyibak sedikit kisah yang ada. Hujan ooh hujan.

Walau tak ada yang istimewa dari saya tentangnya, namun ada kesamaan diantara keduanya. Sebab itulah saya selalu menyukainya. Bagi saya hadirnya seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap episode kehidupan saya. Kadang ia bisa menjadi pengiring kebahagiaan, namun tak jarang pula ia menjadi pengalun kesedihan yang saya rasakan. Terlepas dari semua peran yang ia jalankan, saya percaya hujan tetaplah pertanda bahwasanya masih ada rahmat bagi semesta dan hadirnya senantiasa mampu mengingatkan saya akan syukur pada-Nya lewat setitik kebahagiaan yang ada dalam setiap tetes turunnya.

Dialah Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka jadi gembira (QS.30:48)

***

Pernah terbaca sebuah ungkapan yang isinya “I like walking in the rain because no body knows that I am crying”, rasanya seperti itulah saya. Bagi saya hujan mampu menyembunyikan air mata yang jatuh lewat basahnya, sederas tangis saya sederas itu pula tetesannya. Rasanya setiap tangis yang saya keluarkan bersamanya seolah turut juga dirasakan lewat tetesnya. 
Dan benar kata mereka, hujan itu mampu sembunyikan duka lara. Saat saya berjalan ditengahnya, semua ekspresi akan terlihat sama, “dengan atau tanpa air mata, ia akan tetap memberi basahnya”. 
Hujan ooh hujan, benar engkau pengair keringnya rasa.

Dulu saat masih di usia belia, saya tak segan berlarian di tengah derasnya, bersama teman sebaya yang begitu gembira bermain dalam suasananya. Mungkin dalam pikiran saya saat itu “setiap tetes yang jatuh dari langit-Nya adalah kesempatan bermain yang berharga”. Dengan mengabaikan sakit seusainya, saya dan mereka selalu asyik menari dalam nyanyiannya. Oh Tuhan, saya begitu merindukannya. Nyatanya ruang masa memang sudah membawa saya pada kondisi yang berbeda, tapi saya ingin cerita hangat bersamanya akan senantiasa ada dalam ingatan saya. Jika dulu saya bisa segembira itu menyambut kedatangannya, setidaknya saat ini saya harap agar hujan tak hanya berlalu begitu saja tanpa menyisakan apa-apa. Dan meskipun semua yang terasa sekarang sudah kontras tak sama, namun akan selalu ada kisah antara saya dan hujan.

Hujan ooh hujan, hadirmu mampu menghipnotis manusia akan ingatan masa lalunya lewat setiap nyanyian yang engkau alunkan dan hanya bisa terdengar bagi mereka yang merindukan.

Hujan kau senandungkan lagi kenangan malam di lapangan upacara,
 yang sudah terlupakan....

Hello to My Self


Diriku, apa kabar mu hari ini? 
Kenapa kamu tidak bersemangat ?

Diriku, saya sedang memperhatikanmu sekarang dan tampaknya kamu amat sangat membutuhkan khasiat “The Power of Kepepet” seperti yang mereka katakan. 
Diriku, saya bisa mengerti posisimu saat ini, kamu hanya punya waktu beberapa hari lagi untuk menyelesaikan semua deadLine tugas Metologi Riset-mu beserta keluarga besarnya. 
Diriku, rasanya baru berselang beberapa jam saja yaa setelah saya menemanimu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Keluarga yang begitu menyita waktu dan pikiran. Dan sekarang saya sudah harus prihatin lagi dengan tugas-tugas baru mu. 
Diriku, kamu harus semangat terus ya...

***

 “Kuliah, Tugas, Ujian, dan Mahasiswa”,
Seperti kunci terhadap gembok ataupun engsel terhadap pintu.
Perumpamaan yang biasa untuk hal yang begitu luar biasa nantinya.


Sebelumnya, saya tidak pernah tahu kehidupan seorang mahasiswa. Dalam bayangan saya, tugas mahasiswa itu hanya identik dengan berdandan gaul ala artis top jika hendak pergi ke kampus. Haha. Karena seperti itulah tayangan yang saya lihat di televisi, tapi ternyata itu semua keliru. Menurut saya menjadi mahasiswa tidakla se-simple tayangan fiktif itu, saya sedang merasakannya. Hampir tiga tahun saya menjalankan peran sebagai mahasiswa dan rasanya menakjubkan. Haha. Saya takjub akan semua aktifitas seorang maha dari siswa yang takkan jauh dari yang namanya “TUGAS KULIAH”.

Bagi mahasiswa seperti saya, tugas itu musibah. Haha. Mengeluh, bukan itu maksud sebenarnya. Saya hanya belum terbiasa saja dengan ini semua. Selama beberapa semester sebelumnya saya jarang sekali direpotkan oleh hal-hal semacam ini, tapi  mungkin ada maksud dibalik maksud atas tugas-tugas ini. Saya ambil positifnya sajalah. Saya yakin masih banyak mahasiswa diluar sana yang memiliki tugas kuliah jauh lebih banyak dibandingkan saya, saya tidak sendiri untuk ini semua. Hidup Mahasiswa.

***
Diriku, seperti kata mereka padamu “Berterima kasihlah pada masalah, karena masalahlah kamu bisa berTAHAN dan berTUHAN. Ingatlah ketika kamu berSUSAHnya menggapai keSUKSESan, maka ketika keSUKSESan telah kamu genggam niscaya ia akan SUSAH melepaskan diri darimu. 
Diriku, bersemangatlah karena saya selalu mendukungmu J


Antara dulu dan sekarang

Kepolosannya masih terasa. Kental tanpa dipaksa. Menangis saat tak suka. Tertawa saat sesuai selera. Lepas tanpa beban. Ceria dan menyenangkan. Walau terkadang sedikit atau mungkin terlalu aktif. Mengais sana-sini, bercimpung dengan kubangan air, terpeleset, melukis dinding, merengek karena mainan, ingin ini-itu hingga membuat sang bunda kelelahan. Tapi itulah Indahnya masa kanak-kanak.
***
Sempat terlintas oleh saya untuk kembali ke masa itu, masa dimana saya masih di usia lima. Alangkah bahagianya. Kala itu saya masih belajar mengeja dunia, mencari apa yang memang dicari, sibuk menautkan cita di banyak profesi yang nyatanya sekarang tak ada satu pun yang bersambut. Haha, sedikit kecewa. Jika memang bisa, saya ingin mengulangnya lagi walaupun itu sangat mustahil terjadi.

Waktu tak akan pernah peduli seberapa keras saya dan kamu memelas agar ia kembali, Ia akan terus melaju dengan atau tanpa kita ikuti.

Hingga kini saya masih belum mengerti kenapa setiap kali bayangan-bayangan masa itu muncul dihadapan saya selalu saja menyisakan kerinduan mendalam di benak ini, bahkan tanpa sadar saya pun akan menyimpul senyum saat membayangkan posisi saya di masa itu. Seorang anak TK yang selalu terbalik jika diminta menulis angka 5 (lima). Sungguh itulah bukti bahwa saya bukan seorang pembelajar yang ulung tapi tetap bangga dan berani mengatakan bahwa saya telah menulis angka itu secara sempurna. Memaksakan saya di posisi benar padahal nyatanya masih belum benar. Tapi itulah proses  ,"belajar dari ketidaktahuan untuk menjadi sedikit lebih tahu".
***
Dulu dan sekarang. Sungguh terasa gradasi hidup yang terlalu mencolok antara keduanya. Jika dulu masalah saya hanya sebatas ekspresi suka-tidak suka saya sebagai individu, sekarang masalahnya sudah mulai kompleks karena menyangkut hubungan interpersonal antara saya, kamu, dan mereka yang tentunya tidak akan pernah teratasi jika saya hanya mengedepankan persepsi pribadi dan selalu merasa paling benar. Dulu, sebagian besar waktu saya bisa terjadwal untuk bermain tapi sekarang justru tersita oleh tugas kuliah dan keluarga besarnya. Repot sendiri tapi itulah perubahan. Ia mengajarkan pembelajaran bagi yang mau belajar.
Antara dulu dan sekarang masih tersangkut kerinduan antara saya dan hidup saya.

-Utin Andherstories-
                                                                                                                                                                                                                                                           


Karena SAYA bukan MEREKA

Sudah berapa ribu hari saya seperti ini. Statis. Tak ada yang bergeming. Jika yang lain mengambil langkah seribu, saya masih belajar merangkak hingga detik ini. Kadang saya juga ingin seperti mereka. Ya, mereka kebanyakan. Mereka yang selalu berani menantang dunia. Mereka yang tak asing dengan  perubahan. Mereka yang punya jiwa kepatriotan. Mereka yang selalu mengudarakan suaranya sebagai aspirasi dari segala ekspresi mereka. Mereka yang punya kesinergisan dalam menikmati hidupnya. Mereka yang dapat melangkah jauh bahkan sangat jauh di depan saya. Sedangkan saya ? sekarang saya hanya bisa mematung menyaksikan lakon mereka sebagai pelaku utama. Haru, Tawa, Galau mengikuti setiap alur cerita mereka. Mungkinkah semua peran di dunia ini sudah habis terjamah mereka ? apakah saya akan selalu jadi penonton setia ? Tentu tidak harus begitu. Tapi nyatanya apa. Apa. Apa dan apa.

Apa ini karena saya terlalu memanjakan keadaan sehingga saya selalu kalah karena keadaan. Apa karena saya terlalu bisu. Haruskah saya berteriak sejadi-jadinya agar mereka mengenal saya. Tidak. Saya tak harus dikenal mereka untuk dapat menikmati hidup saya. Emosi dan ekspresi saya milik saya, begitu pun mereka. Mungkin saya dan mereka memang berperan di dunia yang sama tapi kami tak harus sama. Bahkan si kembar yang mulanya memiliki asal yang sama pun tak pernah ditemukan ke-identik-an hingga skala yang signifikan, apalagi saya dan mereka. Saya bukan mereka, mereka pun bukan saya. Akan selalu ada beda dalam setiap konsep yang diusung. Karena “beda” itu nyata dan manusia memang dicipta berbeda. Saya percaya Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya, tak akan ada yang salah dengan itu semua. Sekarang saya hanya harus belajar menata kembali apa yang saya punya, merapikan semua pada tempatnya, dan menyusun konsep hidup saya yang baru. Suatu konsep ke-dinamis-an bukan ke-statis-an seperti sekarang. Tak harus populer untuk mendapatkannya, yang harus saya lakukan hanya memastikan apa pun yang saya jalani dapat dicerna oleh hati dan logika saya.

Saya dengan segala kekurangan saya, mereka dengan segala kelebihan mereka. Hidup sudah rumit, mengapa harus dirumitkan lagi dengan perbedaan.

Be Lucky
-Utin Andherstories-

Bahagia

Belum ada jawaban untuk semua list pertanyaan saya. Masih dalam kebingungan yang sama saya tetap hulu-hilir menatap satu-satu daun jendela untuk mencari tau apakah jawaban saya ada disana. Rasanya semua keluhan hidup yang  sudah saya lontarkan selama puluhan tahun ini hanya bisa mengudara tanpa tahu tujuan akhirnya. Saya tau terlalu banyak rahasia yang tertimbun dalam kehidupan dan mungkin sampai akhir cerita pun saya tak akan pernah bisa merimpungkannya. Tapi, hari ini saya kembali belajar satu hal dari kehidupan, saya belajar apa itu BAHAGIA

Ternyata tak perlu segala kesempurnaan untuk dapat menjemput bahagia karena sesungguhnya bahagia itu tergantung bagaimana kita menempatkan apa pun yang kita punya secara sempurna.



Dulu pandangan saya terlalu sempit hingga mematok bahagia hanya dengan materi yang nyatanya tak selalu bisa menjamin kebahagiaan saya. Dan Alhamdulillah sekarang persepsi sepihak itu telah saya patahkan setelah melewati banyak pelajaran hidup yang secara gratis saya raup dari pundi-pundi ilmu kehidupan. Ternyata ketika saya mau berbagi atas apa yang masih saya miliki walau hanya dalam satuan mili-pun saya dapat bahagia. Ternyata menikmati setiap waktu  berkumpul bersama keluarga dengan segala kehangatan yang ada saya pun dapat bahagia. Ternyata ketika saya percaya Allah selalu ada untuk hambaNya saya dapat bahagia karena saya tahu selalu ada yang menjaga dan mengawasi saya. Ternyata saat saya belum mampu menjadi yang terbaik pun saya masih bisa bahagia karena saya punya kesempatan untuk belajar dari mereka. Tenyata dan banyak ternyata lainnya yang selalu menyediakan peluang bagi saya untuk bisa menuai bahagia.

Seperti sekarang ini, saya temukan kebahagiaan saat bersandar dan bercerita panjang lebar pada ibu saya akan semua kejadian yang saya alami selama sepekan. Selalu sama, ada ketenangan yang saya rasakan setiap bersamanya. Dan masih sama, senyumannya  selalu bisa menjadi penguat saat saya jauh darinya. Ada sayang dan cinta sempurna yang takkan pernah ada yang mampu membelinya walau dengan segala material semu dunia. Sosok ibu dengan segala kekurangan dan kelebihannya namun selalu jadi pendengar terbaik bagi saya. Terima kasih Ya Allah telah menghadiahkannya sebagai ibu dari seorang seperti saya.  Bahagia. Saya merasa bahagia memilikinya.

Bahagia itu sederhana. Ia tak pernah menuntut kesempurnaan. Ia juga tak harus selalu didefinisikan tapi cukup dengan dirasakan. Sekarang saya sedikit tahu atas segala ketidaktahuan saya.

@Home sweet Home

-Utin Andherstories-

Dia Disana




Satu-satu huruf saling bercengkrama akan hujan di luar sana. Hujan yang sedari tadi mengguyur Indralaya. Saya hanya bisa tertegun memandangi mereka dan berharap akan ada satu dari satu diantara mereka yang mau mendengarkan cerita saya. Cerita gundah, gelisah, dan cemas saya akan dia. Belum ada yang mampu membendungnya, suara hujan pun tak bisa.

Duhai kata yang tak bisa saya bentuk dengan ramah, saya harap kamu bisa menjadi doa saya untuk dia. Dia yang ada disana. Dia yang sedang berjuang untuk mimpinya. Mimpi yang saya harap dapat jadi sempurna. Dia salah satu penguat dan harapan saya . Dia yang sangat saya sayangi. Dia yang saya doakan akan jauh lebih dari saya, karena saya sangat menyayanginya. “Cikmah Triyuliani”, adikku tersayang. Berjuanglah untuk semuanya. Jangan pernah katakan tak mungkin ataupun takut karena Allah selalu ada bersama hamba NYA. Dia akan selalu menemanimu kapanpun dan  dimanapun kamu berada. Dan percayalah, Allah akan selalu memeluk mimpi kita jika kita mau berusaha. Karena usaha dan doa akan menjadi rangkaian sempurna untuk semuanya. Berpeganglah selalu padaNYA agar kamu dapat mencapai dermaga terbaik dalam usiamu. Doa kami akan selalu mengalir untukmu. Hope u can get it.

Kabut Indralaya, 26 Maret 2012

-Utin Andherstories-

Krisis Waktu

Minggu keempat di bulan maret.  Akhirnya  saya dapat memposting lagi sekeping entri untuk blog ini.  Entah angin apa yang sedang bertiup, hingga saya mau berkunjung dan menyapa kembali kumpulan alfabet ini. Lagi. Sekali lagi saya kembali terjebak menikmati dunia bisu ini .  Dunia bisu yang penuh dengan kesetiaan. Kesetiaan terhadap apapun yang saya sampaikan. Tak ada respon memang, tapi setiap saya berbaur dengannya ada semacam terapi tersendiri yang mampu me-refresh suasana hati saya. Tak ada beban. Saya dapat menceritakan semua kejadian di setiap musim yang sedang melanda saya. Walau sebenarnya kebanyakan yang saya sampaikan rada-rada error dan Gje.  Seperti postingan saya kali ini, yang cuma ngomongin krisis waktu yang sedang melanda saya. Krisis waktu yang bukan dikarenakan saya terlalu sibuk , tapi ini sebatas keterbatasan saya me-manage kebiasaan.

Belakangan saya agak kesulitan mengendalikan kebiasaan ini. Nonton Film. Sebuah kebiasaan yang seharusnya menjadi obat kepenatan setelah lepas dari sejumlah aktifitas justru sekarang menjadi racun bagi saya. Racun yang merusak jaringan waktu saya. Saya terkubur di dalamnya. Mungkin karena saya terlalu menikmati setiap suguhan cerita yang ditawarkannya hingga saya lupa sendiri. Lupa makan, lupa minum, lupa istirahat, lupa tugas, dan banyak lupa-lupa lainnya. Tampaknya kebutuhan saya akan media ini melebihi kebutuhan saya lainnya. Karena sudah di ambang batas kewajaran jadi saya putuskan harus ada perbaikan untuk semua ini. Dan jujur saja, tadinya postingan ini saya arahkan hanya sekedar untuk dapat move on dari kebiasaan itu. walau terasa sulit diawal namun akhirnya saya berhasil. Saya dapat keluar dari cuplikan-cuplikan film yang beberapa waktu lalu masih menguasai mayoritas pikiran saya. Tampaknya untuk beberapa hari  ke depan saya akan  stop memikirkan kelanjutan film-film itu. Saya  akan coba. 

Jadi kesimpulan akhir dari terbitnya postingan kali ini semata-mata saya anggap semacam perjanjian tanpa tinta sebagai bukti  keluarnya saya dari kejadian-kejadian fiktif film dan kembali pada kejadian nyata. Saya butuh REHAT (titik).


Kayuagung, 23 Maret 2012

-Utin Andherstories-




Aku meraba dari yang tak ada..
Aku mendengar dari yang bernada..
Aku meremang dari yang tercipta..
Lalu aku simpul dalam rajutan kata ..
- Utin Andherstories-