Sudah
berapa ribu hari saya seperti ini. Statis. Tak ada yang bergeming. Jika yang
lain mengambil langkah seribu, saya masih belajar merangkak hingga detik ini.
Kadang saya juga ingin seperti mereka. Ya, mereka kebanyakan. Mereka yang
selalu berani menantang dunia. Mereka yang tak asing dengan perubahan.
Mereka yang punya jiwa kepatriotan. Mereka yang selalu mengudarakan suaranya sebagai
aspirasi dari segala ekspresi mereka. Mereka yang punya kesinergisan dalam
menikmati hidupnya. Mereka yang dapat melangkah jauh bahkan sangat jauh di
depan saya. Sedangkan saya ? sekarang saya hanya bisa mematung menyaksikan
lakon mereka sebagai pelaku utama. Haru, Tawa, Galau mengikuti setiap alur
cerita mereka. Mungkinkah semua peran di dunia ini sudah habis terjamah mereka
? apakah saya akan selalu jadi penonton setia ? Tentu tidak harus begitu. Tapi
nyatanya apa. Apa. Apa dan apa.
Apa ini karena saya terlalu memanjakan keadaan sehingga saya selalu kalah karena keadaan. Apa karena saya terlalu bisu. Haruskah saya berteriak sejadi-jadinya agar mereka mengenal saya. Tidak. Saya tak harus dikenal mereka untuk dapat menikmati hidup saya. Emosi dan ekspresi saya milik saya, begitu pun mereka. Mungkin saya dan mereka memang berperan di dunia yang sama tapi kami tak harus sama. Bahkan si kembar yang mulanya memiliki asal yang sama pun tak pernah ditemukan ke-identik-an hingga skala yang signifikan, apalagi saya dan mereka. Saya bukan mereka, mereka pun bukan saya. Akan selalu ada beda dalam setiap konsep yang diusung. Karena “beda” itu nyata dan manusia memang dicipta berbeda. Saya percaya Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya, tak akan ada yang salah dengan itu semua. Sekarang saya hanya harus belajar menata kembali apa yang saya punya, merapikan semua pada tempatnya, dan menyusun konsep hidup saya yang baru. Suatu konsep ke-dinamis-an bukan ke-statis-an seperti sekarang. Tak harus populer untuk mendapatkannya, yang harus saya lakukan hanya memastikan apa pun yang saya jalani dapat dicerna oleh hati dan logika saya.
Saya dengan segala kekurangan saya, mereka dengan segala kelebihan mereka. Hidup sudah rumit, mengapa harus dirumitkan lagi dengan perbedaan.
Be Lucky
-Utin Andherstories-
0 komentar:
Posting Komentar
-Utin Andherstories-