Kisah Klasik Generasi-07

Memenuhi tugas mata kuliah setahun silam sengaja ku pilih kisah ku bersama kalian semasa bersekolah di SMA tercinta . 
Adapun tulisan yang terposting ini adalah recycle dari tugas tersebut yang telah mengalami  penyuntingan dan penyempitan cerita.




Abstrak
Menceritakan sebuah lokasi yang menjadi saksi bisu perjalanan selama tiga dekade 109 pelajar putih biru yang berganti status menjadi pelajar putih abu-abu.  

Narasi kehidupan yang merangkai kisah klasik tersendiri di sekolah ber-asrama “SMA Negeri 3 Kayuagung”. Luapan ekspresi dan emosi  terpatri di setiap sudut sekolah tempat kami saling mengenal, memahami, hingga menerima satu sama lain.

Ruang Belajar Mengajar (RKB), Asrama Putra-Putri (ASPA-ASPI), Gedung Serba Guna (GSG), Lapangan upacara, Masjid Syubban Arrozi, Dapur Umum (DU), Kantin, dan berbagai lokasi lain telah menjalin keakraban tersendiri di hati kami.

Di bawah naungan almamater tercinta, kami bersatu menjadi suatu kesatuan yang utuh. “12 Juli 2007-28 April 2009”, semoga rangkaian kisah klasik yang terjalin diantara kami tak lekang terkikis waktu. 

Torehkan jejak baru di tempat masing-masing, kami yakin atas izin Yang Maha Kuasa kami akan dipersatukan kembali di gerbang kesuksesan. Jayalah alamamaterku..

******* …….*******…….*******…….*******…….*******…….*******…….*******

Terlahir kisah lewat sebuah nama “Generasi-07 SMA Negeri 3 Kayuagung” . Perkenalkan kami siswa-siswi angkatan 07 yang akan memulai jejak baru dalam diary hidup kami “kisah pencarian ilmu 109 Pelajar putih abu-abu”.

Saat itu, tepatnya 12 Juli 2007 kami akan memulai riwayat baru sebagai pelajar SMU. Kami bersekolah di SMA Negeri 3 Kayuagung yang menerapkan sistem wajib asrama bagi siswa-siswi nya, di tempat inilah kami melewati masa suka-duka bersama. Selain menimba ilmu, di tempat ini juga kami belajar akan kemandirian, tanggung jawab, toleransi, kebersamaan serta saling berbagi dan mengisi.

Sebuah tempat  yang tak hanya ber label sekolah melainkan dapat menjadi persinggahan yang mampu memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Sekolah yang tidak hanya sekedar berwujud gedung pembelajaran tetapi juga menjadi wadah jalinan kekeluargaan. 
Di tempat ini kami di tempah dengan berbagai pembelajaran dan pengalaman yang disertai keterlibatan emosi yang begitu eratnya.

Segala kegiatan yang kami lakukan seolah selalu terjamah oleh kebersamaan hingga menjadikan hal yang sewajarnya membosankan menjadi menarik untuk dilakukan.

Menjalankan peran sebagai si bungsu di awal tahun ajaran merupakan kenangan yang tak akan pernah terlupakan. 
Semua hal yang terjadi di masa-masa itu mengajarkan kami untuk menghormati mereka “saudara-saudara kami”. 
Sebagai seorang bungsu yang masih buta akan pengalaman tentunya kami membutuhkan kacamata arahan dari mereka yang dapat mengingatkan serta selalu mengajarkan kami apa yang sebelumnya tidak kami ketahui untuk dapat kami mengerti dan pahami.

Di sekolah bertingkat dua ini kami berpijak pasti, belajar sikap saling memahami dan membuang segala tabiat  yang tak seharusnya dimiliki. 
Kehidupan asrama yang secara tak langsung mengharuskan kami untuk bertenggang rasa satu sama lain, istilah yang dulunya hanya sering terdengar semasa SD ternyata benar-benar harus teraplikasi dalam pergaulan kami saat ini, hidup bersama di satu asrama.

Segala rutinitas berulang di tempat ini, mulai dari kegiatan pagi yang identik dengan “panggilan kepada siswa-siswi yang masih berada di asarama diharapkan menuju lapangan untuk melaksanakan apel pagi” sampai kegiatan malam seusai sholat dan makan di DU yaitu “piket kelas (mungkin hanya sekolah ini yang memiliki pola piket malam hari)” yang akhirnya dilanjutkan dengan istirahat dalam hunian istimewa “ASPA-ASPI”.

Tahun telah berganti,  satu-persatu kegiatan  yang dulunya si bungsu harus jalani (Paskibra, Pramuka, Drumb Band, Rohis) secara bergantian mulai ditanggalkan.  
Pada tahun ini kami bukan lagi si bungsu di sekolah itu, setahun cukup kami menjalankan peran itu, sekarang kami harus mulai mempersiapkan langkah baru, kelas baru (IPA-IPS).
 Di tahun ini lebih banyak lagi hal yang tak mungkin dapat di uraikan, satu hal yang masih dan tampaknya akan selalu bertahan “kebersamaan” yang diciptakan.

Bagai hal yang sudah ada kepastiannya, dimana ada pertemuan maka akan ada perpisahan. Aroma perpisahan sudah mulai tercium di akhir tahun ke tiga kami, kami mulai dihadapkan dengan tujuh kali Tryout menjelang Ujian Nasional 2009. 
Semua hal masih kami jalani bersama dengan kebahagiaan, hingga akhirnya UN dan US usai, pelepasan yang berurai air mata pun telah terlaksana, dan saat itupun datang “28 April 2009” kami harus meninggalkan hunian istimewa. Kontrak kami di sekolah ini telah berakhir, proposal universitas sudah diajukan, semua mesti tetap berjalan demi harapan masa depan.

Walaupun sekarang jarak memisahkan kami namun hati dan semangat ini tetaplah memiliki satu arti “Angkatan 07 SMA Negeri 3 Kayuagung”.

*posting by : Mria_agustin*

1 komentar:

Angga khaidarius 4 Juni 2011 pukul 23.52  

keren

Posting Komentar

-Utin Andherstories-

Aku meraba dari yang tak ada..
Aku mendengar dari yang bernada..
Aku meremang dari yang tercipta..
Lalu aku simpul dalam rajutan kata ..
- Utin Andherstories-